Sabtu, 24 Januari 2015



ACARA I
PENGATURAN JARAK TANAM

A.    Pelaksanaan Kegiatan
       Praktikum dilaksanakan pada:
            Hari          : Rabu
Tanggal     : 01 Oktober 2014
Tempat     : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak,
Sleman,Yogyakarta.
B.     Tujuan
1. Mengetahui ruang untuk tumbuh dan berkembang tanaman
2. Mengetahui luasan minimal yang dibutuhkan tanaman agar tanaman     mampu bereproduksi
C.     Dasar Teori
                        Pemanfaatan potensi sumberdaya lahan setempat secara optimal bagi tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan dan salah satunya adalah dengan penerapan pengaturan jarak tanam. Keunggulan sistem ini dapat mempengaruhi populasi tanaman, efisien dalam penggunaan cahaya, menekan perkembangan hama penyakit dan mengurangi kompetisi tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara.
                        Jarak tanam mencerminkan populasi tanaman, yaitu jumlah tanaman per satuan luas lahan. Jarak tanam sangat penting diperhatikan karena akan mempengaruhi derajat persaingan didalam dan diantar spesies. Makin tinggi populasi maka tingkat persaingan juga semakin tinggi. Tingkat persaingan yang dialami tanaman akan mempengaruhi hasil produksi tanaman tersebut (Anonim cit Nasril, 1997).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama terhadap tinggi tanaman, leaf area index, jumlah umbi atau biji per petak. Pengaturan jarak tanam yang tepat diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi. Perlakuan jarak tanam yang rapat akan menghasilkan tanaman yang lebih tinggi. Semakin rapat jarak tanam maka laju pertumbuhan tinggi tanaman akan semakin besar, akibatnya tanaman mempunyai tajuk yang tinggi, pertumbuhan tinggi tanaman yang pesat disebabkan oleh ruang tumbuh yang sempit sehingga kompetisi cahaya antar individu akan semakin besar (Anonim cit Mattjik, 2002).
                        Pengaturan populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam pada suatu tanaman akan mempengaruhi keefisienan tanaman dalam memanfaatkan matahari dan persaingan tanaman dalam pemanfaatan hara dan air yang akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan oengaturan jarak tanam yang baik, maka pemanfaatan ruang yang ada bagi petumbuhan tanaman dan kapasitas penyangga terhadap peristiwa yang merugikan dapat diefisienkan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui pengaruh sistem jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tumbuhan.                Upaya meningkatkan produksi tanaman per luasan tertentu dapat dilakukan dengan meningkatkan populasi tanaman dengan jarak tanam turut mempengaruhi produktivitas tanaman. Kerapatan atau ukuran poulai tanaman sangat penting untuk memperoleh hasil yang optimal, tetapi dapat terjadi persaingan dalam hara, air, dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman akar tanaman (Anonim cit Nasir, 2010).
D.    Alatdan Bahan
1.    Benih kangkung
2.    Pupuk kandang
3.    Cangkul
4.    Garu
5.    Tugal
6.    Mal jarak tanam (10 x 10 cm dan 15 x 15 cm)



E.     Cara Kerja
1. Membuat bedengan masing-masing seluas 200 x 200 cm sebanyak 2 buah bedengan kemudian gemburkan dengan cangkul.
2. Meratakan dan bersihkan media tanam menggunakan garu.
3. Memberi pupuk organik 2 ember kecil dan dicampur secara merata.
4. Cara penanamannya adalah sebagai berikut:
a.    Membuat lubang tanam dengan menggunaka tugal dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm dan 15 cm x 15 cm (untuk membuat jarak tanam gunakan mal jarak tanam).
b.    Memasukan Furadan kemudian benih kangkung ke dalam lubang tersebut sebanyak 3 buah benih setiap lubangnya, kemudian tutup lubang dengan tanah.
c.    Penyiraman dilakukan minimal 1 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari atau sore hari. Penyiraman ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman yang diteliti tidak terganggu, dan produksi yang dihasilkan lebih banyak.
d.   Penyiangan dilakukan ketika tanaman yang diteliti ditumbuhi oleh gulma, yaitu dilakukan secara manual menggunakan tangan dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh disekitar tanaman yang diteliti.
e.    Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah tanam apabila terjadi kematian pada salah satu tanaman yang diteliti, yaitu dengan cara mengambil tanaman dari tempat ataupun lahan tersendiri yang memang disediakan untuk tanaman sulaman, kemudian di tanam pada tempat tanaman tersebut mati.
f.     Memupuk dilakukan guna menambah hara tanah agar tanaman kangkung dapat tumbuh dan bereproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diberikan sesuai dengan fase pertumbuhannya dan dengan cara menaburkan pupuk pada sekitar tanaman.
g.    Mengendalikan hama dan penyakit dilakukan apabila tanaman terserang oleh hama atau penyakit, yaitu bisa dilakukan dengan cara mekanik ataupun kimia. Secara mekanik yaitu dengan mengusir atau membuang langsung hama yang ada pada tanaman seperti ulat misalnya. Kemudian untuk pengendalian terhadap penyakit dapat dilakukan dengan cara kimia yaitu sesuai dengan memberikan pestisida.
F.     Data Hasil Pengamatan
Dalam mencari data hasil penelitian mengukur tinggi tanaman dan banyak daun kami menggunakan 3 sempel tanaman dibeberapa titik untuk setiap bedengan yaitu di jarak tanam 10 cm x 10 cm dan 15 cm x 15 cm  dan memperoleh data hasil penelitian antara lain:
1.         Tabel Data sampel tanaman kangkung dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm
NO.
Sampel
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
1.
 1
69 cm
28 helai
2.
 2
69 cm
20 helai
3.
 3
69 cm
18 helai

2.         Tabel data sampel tanaman kangkung dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm
NO.
Sampel
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
1.
1
69 cm
27 helai
2.
2
61 cm
30 helai
3.
3
58 Cm
31 helai






G.    Pembahasan
           Berdasarkan data diatas tanaman dengan jarak 10 x 10 diperoleh hasil tinggi tanaman 69 cm dan jumlah daun 28 helai, sampel dua diperoleh tinggi 69 cm dengan jumlah daun 20 helai dan sampel tiga diperoleh tinggi tanaman 69 cm,jumlah daun tanaman sebanyak 18 helai. Dari data tanaman yang ditanam pada jarak ini menghasilkan tanaman yang tingi dan berdaun sedikit dikarenakan kompetisi sinar matahari menjadi lebih ketat, yang disebabkan terlalu dekatnya jarak tanaman. Berbeda dengan tanaman yang ditanam dengan jarak 15 x 15 yang diperoleh data sebagai berikut: sampel satu diperoleh tinggi tanaman 69 cm dan jumlah daun sebanyak 27 helai, sampel dua diperoleh tinggi tanaman 61 cm dan jumlah daun sebanyak 30 helai, dan pada sampel tiga diperoleh tinggi tanaman 58 cm, jumlah daun sebanyak 31 helai. Data yang diperoleh pada jarak tanam 15 x 15 tanaman lebih pendek dan berdaun banyak karena persaingan sinar matahari sedikit.
H.    Kesimpulan
           Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan tanaman dengan jarak tanam 10 x 10 lebih unggul, karena dengan lahan yang sedikit kita dapat menanam tanaman dengan jumlah yang banyak meskipun jumlah daunya lebih sedikit dibanding tanaman yang jarak tanamnya 15 x 15.
I.       Daftar Pustaka
Anonim cit Nasir. 2010. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan
danPerkembangan Tanaman.http://ahmadnasir.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 11 November 2014. Pukul 21.00 WIB.
  Anonim cit Nasril. 1997. Laporan praktikum ekologi tanaman
http://ahmad- nasir. blogspot.com. Diakses pada tanggal09 November 2014. Pukul   16.00 WIB.
Anonim citMattjik. 2002. Jarak tanam http://scribd.com. Diakses
pada  tanggal 09 November 2014. Pukul 16.10 WIB.



ACARA II
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF

A.    Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada:
            Hari          : Rabu
            Tanggal     : 15 Oktober 2014
            Tempat     : Kebun Percobaan Wedomartani,Ngemplak,
Sleman, Yogyakarta.
B.     Tujuan
Mengetahui perbanyakan tanaman secara vegetatif.
C.    Dasar Teori
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara cangkok, rundukan, stek, dan kultur jaringan.
Mencangkok merupakan teknik yang dilakukan untuk mendapatkan tanaman baru sebagai bahan tanaman dalam pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan karena dengan teknik ini lebih cepat berbunga dan berbuah. Cangkok sangat cocok dilakukan pada tanamanan buah-buahan yang batangnya berkayu seperti mangga, jeruk, jambu biji, belimbing manis, kelengkeng, serta tanaman hias (Anonim cit Redaksi AgroMedia, 2008).
                        Faktor-faktor mencangkok meliputi: 1.) Waktu pencangkokan, sebaiknya dilakukan pada musim hujan agar tidak melakukan penyiraman berulang-ulang. 2.) Pemilihan batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umumnya tidak terlalu tua dan terlalu muda, sehat, kuat, dan subur, serta banyak dan baik buahnya. Keunggulan cangkok adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi. Selain itu tanaman yang dihasilkan dapat mewarisi 100% sifat induknya. Namun, tanaman hasil cangkok juga memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebat dan tidak kompak, serta produktivitas yang terbatas (Anonim cit Rochiman, 1973).
                        Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Dengan kata lain stek atau potongan adalah menumbuhkan bagian dari potongan tanaman sehingga menjadi tanaman baru (Anonim cit Yustina, 1994).
                        Stek dapat dibedakan menurut bagian tanaman yang diambil untuk bahan stek. Stek akar, misalnya pada jambu biji, camara, albezzia, dan aesculus. Stek batang misalnya rizome, tuber, dan buah naga. Stek daun misalnya tanaman cocor bebek. Stek tunas, misalnya pada tanaman anggur (Anonim, 2005).
                        Faktor penentu keberhasilan stek secara umum dikelompokan menjadi fakter internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari: ketersediaan air, cadangan makanan, hormon endogen, umur tanaman, dan jenis tanaman. Faktor eksternal terdiri dari: media perakaran, kelembaban udara, suhu, intensitas cahaya, teknik penyiapan stek (Anonim cit Supriyanto, 1996).
D.    Alat dan Bahan
1.      Bahan stek daun atau batang
2.      Tanaman induk untuk cangkok puring
3.      Polybag
4.      Mos, cocopit
5.      Media tanam (Tanah dan pupuk kandang)
6.      Pisau steril
7.      Plastik


E.  Cara Kerja
1.    Cara menstek tanaman:
a.          Menyiapkan bahan stek dari daun atau batang tanaman
b.         Permukaan daun atau batang bagian bawah dipotong menyerong,  oleskan dengan rizoton
c.          Tanamlah pada media tanam (campuran antara pupuk kandang dan tanah)
d.         Lakukan penyiraman setiap hari, tetapi jangan sampai becek
2.    Cara mencangkok tanaman:
a.         Memilih pohon induk yang pertumbuhanya baik
b.         Membuat keratan melingkari batang (cabang) sebanyak dua buah keratan dengan jarak antar keratan 5 cm dengan menggunakan pisau steril
c.         Mengupas kulit batang yang berada diantara dua keratan tersebut
d.        Membersihkan kambium supaya tidak terjadi kulit baru
e.         Menyiapkan media tanah yang sudah dibasahi kemudian dibalutkan pada cabang yang telah dikupas
f.          Melakukan penyiraman setiap hari supaya media tanah tidak kering.
F.   Data Hasil Pengamatan
Dalam mencari data hasil mencangkok dan menstek kami menggunakan 2 sampel untuk cangkok dan 5 sempel untuk stek tanaman, dan menghasilkan data sebagai berikut:
1.         Tabel data  hasil pengamatan cangkok
No
Sampel
Jumlah akar
Panjang akar
1
Media tanah
0 akar
0 cm
2
Media mos
0 akar
0cm




2.         Tabel data hasil pengamatan stek
No
Sampel
Jumlah akar
Panjang akar
1
Sampel 1
3 buah
4 cm
2
Sampel 2
2 buah
5 cm
3
Sampel 3
0 buah
0 cm
4
Sampel 4
0 buah
0 cm
5
Sampel 5
0 buah
0 cm

G.    Pembahasan
Berdasarkan data diatas pada kegiatan mencangkok tidak ada yang berhasil menumbuhkan akar satupun baik yang dengan media mos maupun dengan media tanah. Hal ini dikarenakan batang yang kami cangkok berada didalam rimbunan daun sehingga proses fotosintesis kurang maksimal. Selain itu kami pun kurang dalam penyiraman sehingga media menjadi kering dan akibatnya tidak muncul akar.
Berdasarkan data diatas kegiatan stek pada sampel satu menghasilkan 3 buah dan panjang 4 cm, dan sampel dua menghasilkan 2 buah dan panjang 5 cm, untuk sampel tiga, empat dan lima tidak ada yang berhasil.

H.    Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan proses mencangkok tidak berhasil karena faktor kelembaban media cangkok dan kurang teraturnya penyiraman. Pada stek sampel satu yang memiliki 3 buah akar dengan panjang 4 cm, dan sampel dua yang memiliki 2 buah akar dengan panjang 5 cm berhasil, sedangkan sampel tiga, empat dan lima tidak berhasil dikarenakan faktor perawatan yang kurang.
I.       Daftar Pustaka
Anonim. 2005. Perbanyakan dan perkembangan tanaman secara
Vegetatif Buatan.http://ginaacasper.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 November 2014. Pukul 20.30 WIB.
Anonim cit Rochiman.1973.Laporan Praktikum Perbanyakan Tanaman 
Secara vegetatif. http://nellycentaninie.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 12 November 2014. Pukul 19.50 WIB.
Anonim cit Redaksi AgroMedia. 2008.Laporan Akhir Pembiakan
Vegetatif Tanaman. http://el-chrollo.blogspot.com. Diakses pada   
tanggal 12 November 2014. Pukul 19.38 WIB.
Anonim cit Supriyanto. 1996. Perbanyakan dan perkembangan tanaman
secaraVegetatif Buatan. http://ginaacasper.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 12 November 2014. Pukul 20.30 WIB.
 



ACARA III
PERSEMAIAN

A. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada:
Hari                        : Rabu
Tanggal       : 15 Oktober 2014
        Tempat            : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,
                                  Yogyakarta  
B. Tujuan
Mengetahui cara membuat persemaian untuk budidaya tanaman
C. Dasar Teori
            Persemaian didefinisikan sebagai suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan selama periode yang ditetapkan. Tujuan utama pembuatan pembibitan adalah sebagai upaya penyediaan bibit yang berkualitas yang baik dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan perencanaan penanaman (Anonim, 2006).
       Pada umumnya pesemaian digolongkan dalam berbagai jenis atau tipe yaitu persemain sementara dan persemaian tetap. Persemain sementara (flaying nursery) biasanya berukuran kecil dan berletak didaerah yang akan ditanami. Persemaian sementara ini biasanya berlangsung untuk beberapa periode pemanenan bibit atau semai. Sedangkan persemain tetap biasanya berukuran lebih besar dan lokasinya menetap disuatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas (Anonim cit Andini, 2006).
       Tempat persemaian adalah sepetak tanah yang sengaja dibuat untuk menyemaikan bibit-bibit yang tidak dapat atau sukar untuk ditanam langsung dikebun. Hampir semua bibit sayuran memerlukan persemaian itu. Hanya bayam, lobak, kangkung, bawang merah, bawang putih, dan lain-lain, dan semua jenis kacang dapat langsung ditanam dengan cara disebarkan pada petakan-petakan persemaian yang agak luas dapat dibuat pada tanah yang khusus disediakan untuk keperluan itu. Untuk berkebun dihalaman cukup dipergunakan sebuah bak yang dibuat dari kayu (Anonim cit Rismunandar, 2003).
D. Alat dan Bahan
1.         Benih seledri
2.         Pupuk kandang
3.         Furadan
4.         Cethok
5.         Plastik
E. Cara Kerja
1.         Membuat media persemaian yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang perbandingan 1 : 1 menggunakan potrays.
2.         Membuat lubang dan menanam benih seledri sebanyak 2 benih perlubang
3.         Menyiram media sampai basah dan letakkan di bawah tempat yang teduh
F. Data Hasil Pengamatan
Dalam mencari data hasil penelitian mengukur tinggi tanaman dan banyak daun kami menggunakan 3 sempel tanaman seledri yang tertinggi antara lain: 1. Tabel sample tanaman seledri tertinggi
No
Sample Tanaman
Tinggi Tanaman
( cm )
Jumlah Daun
1.
1
3
3 Helai
2.
2
3
4 Helai
3.
3
2,5
3 Helai


G. Pembahasan
            Berdasarkan data diatas pada kegiatan persemaian kami mengambil tiga sampel secara acak, sampel 1 diperoleh tinggi tanaman 3 cm dan daun sebanyak 3 helai, sampel 2 diperoleh tinggi tanaman 3 cm dan daun sebanyak 4 helai, dan pada sampel 3 diperoleh tinggi tanaman 2,5 cm kemudian daunnya sebanyak 3 helai. Presentasi hidup pada persemaian kami lumayan tinggi yaitu 60% dari 100%.
H. Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan tanaman sledri pada sampel yang kami ambil yaitu pada sampel 1 dan 2 adalah tanaman yang tertinggi, kemungkinan karena kualitas benih yang baik dan juga tingkat kesuburan tanahnya tinggi. Persemaian kami dilihat dari presentasi tumbuh sudah cukup tinggi yaitu 60%, tetapi masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan perawatan yang kita lakukan kurang maksimal.
I.     Daftar Pustaka
Anonim. 2006. Penyemaian benih sayuran.
http://siskannajwa.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 November 2014. Pukul 12.00 WIB.
Anonim cit Andini. 2006. Penyemaian benih sayuran
http://siskannajwa.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 10 November 2014. Pukul 12.00 WIB.
Anonim cit Rismunandar. 2003. Perbandingan komposisi media tanam. http://
abdulmuing-abdulmuing.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 November 2014. Pukul 12.10 WIB.

 
ACARA IV
VERTIKULTUR DAN BUDIDAYA TANAMAN POT

A.    Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada:
Hari                 : Rabu
Tanggal           : 15 Oktober 2014
Tempat            : Kebun Percobaan Wedomartani,
              Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
B.     Tujuan
1.      Mempraktikan budidaya sayuran dengan system vertikultur dan budidaya dalam pot
2.      Memanfaatkan limbah untuk budidaya vertikultur
C.    Dasar Teori
Vertikultur adalah cara bertanam dalam sususan vertikal ke atas menuju ruangan udara bebas, dengan menggunakan tempat media tumbuh yang disusun secara vertikal pula (Anonim cit Agus, 2010).
Budidaya tanaman dalam pot merupakan salah satu alternatif budidaya tanaman di lahan sempit. tidak hanyatanaman hias dan bonsai saja yang dapat dibudidayakan didalam pot, tanaman buah dan sayur juga dapat dibudidayakan didalam pot. Dari segi perawatan budidaya dalam pot tidaklah tergolong sulit. Sama halnya dengan perawatan tanaman pada umumnya(Anonim, 2007).
Tujuan vertikultur untuk memberikan solusi pemanfaatan pekarangan rumah seoptimal mungkin agar dapat memenuhi sebagian kebutuhan pangan secara mandiri (Anonim cit Benny, 2003).
Sistem penanaman vertikultur sangat cocok diterapkan khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit. Vertikultur juga dapat diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan umum atau bahkan pada pemukiman didaerah padat yang tidak memiliki halaman sama sekali. Dengan metode vertikultur kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin. Usaha tani secara komersial dapat dilakukan secara vertikultur apalagi kalau sekedar untuk memenuhi kebutuhan sendir akan sayuran atau buah-buahan semusim (Anonim cit Noverita, 2005).
D.    Alat dan Bahan
1.      Benih sayuran
2.      Pupuk kandang
3.      Sekam bakar atau cocopit
4.      Alat vertikultur
5.      Cethok
6.      Cangkul
7.      Ember
E.     Cara Kerja
1.      Mencampur tanah dengan pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 1:1:1.
2.      Menyiapkan peralatan vertikultur yang akan digunakan.
3.      Mengisi peralatan vertikultur dengan campuran media tanam yang telah dibuat.
4.      Menanami setiap lubang wadah dengan bibit yang telah dipersiapkan.
5.      Menyirami media tanam menggunakan gembor.





F.     Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada acara ke lima ini diperoleh data sebagai berikut:
1.         Tabel pengamatan vertikultur
No
Lubang
Nama Tanaman
Tinggi tanaman
Jumlah Daun
1
Sawi
18 cm
1 helai
2
Bayam
2,2 cm
2 helai
3
Bayam
2,5 cm
2 helai
4
Bayam
1 cm
2 helai
5
Bayam
1,8 cm
2 helai
6
Bayam
1 cm
2 helai
7
Sawi
0 cm
0 helai
8
Sawi
0 cm
0 helai

2.         Tabel pengamata sampel tanaman cabe dalam pot
No.
Sampel Tanaman Cabe
Tinggi Tanaman
(cm)
Jumlah Daun
1.
1
68
81 helai
2.
2
60
97 helai
3.
3
50
68 helai
4.
4
61
76 helai
5.
5
53
87    helai





G.    Pembahasan
Berdasarkan data diatas pada kegiatan vertikultur untuk lubang satu ditanami sawi yang menghasilkan tinggi tanaman 18 cm dan daun sebanyak 1 helai, lubang dua ditanami tanaman bayam yang menghasilkan tinggi 2,2 cm dan jumlah daun sebanyak 2 helai, lubang tiga ditanami bayam menghasilkan tinggi 2,5 cm dan daun sebanyak 2 helai, lubang ke empat ditanami bayam menghasilkan tinggi 1 cm dan daun sebanyak 2 helai, lubang lima ditanami bayam yang menghasilkan tinggi 1,8 cm dan jumlah daun sebanyak 2 helai, lubang enam ditanami bayam yang menghasilkan tinggi tanaman 1 cm dan jumlah daun sebanyak 2 helai, sedangkan lubang tujuh dan delapan tanaman sawinya mati karena kurangnya perawatan.
Berdasarkan data diatas pada sampel satu menghasilkan tinggi tanaman 68 cm dan daun dengan jumlah sebanyak 81 helai, pada sampel dua menghasilkan tinggi tanaman 60 cm dan daun dengan jumlah sebanyak 97 helai, pada sampel tiga menghasilkan tinggi tanaman 50 cm dan daun sebanyak 68 helai, pada sampel empat menghasilkan tinggi tanaman 61 cm dan daun sebanyak 76 helai, sampel lima menghasilkan tinggi tanaman 53 cm dan daun sebanyak 87 cm.
H.    Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman tertinggi pada tanaman sawi yaitu 18 cm dengan jumlah daun 1 helai, tanaman sawi ini berdaun 1 karena terjadi pembusukan pada batang myang disebabkan oleh tingginya kelembaban. Untuk tanaman cabai tanaman tertinggi terjadi pada sampel satu, yang tingginya 68 cm dan daun terbanyak pada sampel dua yaitu 97 helai.
I.       Daftar pustaka
Anonim. 2007. Pemeliharaan tanaman dalam pot. http://
Pemeliharaan-tanaman-dalam-pot.html?=1. Diakses pada 21 November 2014. Pukul 02.09 WIB.
Anonim cit Agus. 2010. Sistem Pertanian Vertikultur. http:// Sistem-
Pertanian Vertikultur702.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 November 2014. Pukul 20.30 WIB.
Anonim cit Benny. 2003. Sistem Pertanian Vertikultur. http:// Sistem-Pertanian-Vertikultur702.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 November 2014. Pukul 20.30 WIB.
Anonim cit Noverita. 2005. Sistem Pertanian Vertikultur. http:// Sistem-Pertanian-Vertikultur702.html?m=1. Diakses pada tanggal 20 November 2014. Pukul 20.30 WIB.



ACARA V
PEMELIHARAAN BUAH NAGA

A.    Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada:
Hari                 : Rabu
Tanggal           : 8 Oktober 2014
Tempat            : Kebun Percobaan Kedomartani, Ngemplak,      
  Sleman, Yogyakarta.
B.     Tujuan
1. Mempraktekkan aplikasi pemupukan dan pemangkasan buah naga.
2. Mempraktekkan pembuat biopori untuk pemupukan.
C.    Dasar Teori
Pemangkasan bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan cabang atau sulur buah naga atau menghilagkan tunas baru yang muncul. Ada tiga tipe pemangkasan dalam budidaya buah naga, yakni pemangkasan untuk membentuk batang pokok, pemangkasan membentuk cabang produksi, dan pemangkasan peremajaan.Pemangkasan untuk membentuk batang pokok dilakukan pada batang bibit tanaman. Tanaman yang baik memiliki batang pokok yang panjang, besar dan kokoh. Untuk mendapatkan dipilih tunas yang tumbuh di bagian paling atas batang awal.Tunas yang tumbuh di bawahnya sebaiknya dipotong saja (Anonim, 2014).
Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi dilakukan pada tunas yang tumbuh pada batang pokok. Pilih 3-4 tunas untuk ditumbuhkan. Nantinya tunas ini menjadi batang produksi dan menjuntai ke bawah. Tunas yang ditumbukkan sebaiknya yang ada di bagian atas, sekitar 30 cm dari ujung atas. Pemangkasan peremajaan dilakukan pada cabang produksi yang kurang produktif. Biasanya sudah berbuah 3-4 kali.Hasil pangkasan peremajaan ini biasanya dijadikan sumber bibit tanaman. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan adalah bentuk tanaman. Biasanya tanaman buah naga tumbuh tidak teratur. Upayakan agar tunas – tunas yang dipilih bisa membentuk tanaman dengan baik. Sehingga percabangan tidak terlalu rimbun dan batang yang ada di bawah tajuk bisa terkena sinar matahari dengan maksimal (Anonim, 2012).
Lubang resapan biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan meningkatkan daya resap air pada tanah. Peningkatan daya resap air pada tanagh. Dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudiandapat menghidupi fauna tanah, yang seterusnya menciptakan pori-pori didalam tanah (Anonim, 2014).
Faktor terjadinya pelapukan biasanya dikarenakan karena suhu, salah satu faktor penentu suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah akan menyebabkan cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup material untuk menahan panas yang dilepas, sehingga mikroorganisme tidak akan berkembang secara wajar. Sebaliknya jika timbunan terlalu tinggi, akan ada kepadatan organik sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan tidak ada udara di dalam timbunan (Anonim, 2012).
D.    Alat dan Bahan
1.Tanaman buah naga yang sudah produksi
2. Pupuk kandang
3. Gunting tanaman
4. Cethok
5. Cangkul
6. Ember
7. Alat biopori
E.     Cara Kerja
1. Membuat lubang di samping tanaman dengan menggunakan alat biopori.
2. Masukkan seresah daun ke dalam lubang biopori
3. Memberikan pupuk kandang di sekitar perakaran tanaman buah naga
4. Melakukan pemangkasan dengan menggunakan gunting pada cabang/sulur yang tumbuh panjang atau sudah melengkung ke bawah
5. Mengusahakan untuk tidak tumbuh tunas baru agar unsur hara hanya digunakan untuk pertumbuhan bunga/buah
6. Menyiram buah naga menggunakan gembor secara rutin
F.     Data Hasil Pengamatan
1. Tabel data lubang biopori
No.
Lubang ke-
Kelapukan
Organisme
1.
1
Lapuk Sedang
Kutu dan Semut
2.
2
Lapuk Sedang
Belatung 3,5 cm
3.
3
Lapuk Sedang
Kutu dan Semut
4.
4
Lapuk
Kutu dan Semut
5.
5
Tidak Lapuk
Kepik
6.
6
Tidak Lapuk
Kutu
7.
7
Tidak Lapuk
Semut
8.
8
Tidak Lapuk
Semut dan Belatung 1 cm

G.    Pembahasan
Berdasarkan data diatas pada lubang 1 seresah yang dimasukan lapuknya sedang dan organisme yang ada didalam biopori kutu dan semut, lubang 2 kelapukanya sedang dan organisme yang terdapat didalam lubang yaitu belatung dengan panjang 3,5 cm, lubang 3 kelapukannya sedang dan organisme yang terdapat didalam lubang yaitu kutu dan semut, lubang 4 seresah yang dimasukan lapuk dengan sempurna dan terdapat organisme kutu dan semut, lubang 5 tidak lapuk dan terdapat organisme kepik, lubang 6 tidak lapuk dan terdapat organisme kutu, lubang 7 tidak lapuk dan juga terdapat organisme semut, lubang 7 tidak lapuk dan didalam lubang terdapat organisme semut dan belatung. Lapuk tidaknya seresah yang dimasukan kedalam lubang biopori tergantung suhu dan kelembaban didalam lubang tersebut, sehingga dapat menarik organisme – organisme pengurai yang memakan akar buah naga.
H.    Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari ke 8 lubang biopori masih banyak lubang yang tidak mengalami pelapukan yaitu pada lubang 5, 6, 7, 8. Dalam segi pelapukan banyak lubang biopori yang mengalami lapuk sedang yaitu pada lubang 1, 2, dan 3. Sedangkan pada lubang 4 lapuk dengan sempurna. Salah satu faktornya adalah suhu dan kelembaban yang dapat mempengaruhi masuknya organisme pengurai kedalam lubang biopori.
I.       Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Biopori. http://tyascapella.blogspot.com. Diakses pada tanggal 21 November 2014. Pukul 08.30 WIB.
Anonim. 2012. Panduan teknis budidaya buah naga. http://alamatani.com. Diakses pada tanggal 21 November     2014 Pukul 08.39 WIB.
Anonim. 2014. Biopori. http://id.m.wikipedia.org. Diakses  pada
Tanggal 21 November 2014. Pukul 08.44 WIB.
Anonim. 2014. Teknik pemangkasan buah naga.
http://serilaman.sekolah4u.com. Diaskes pada tanggal 21 November 2014. Pukul 08.49 WIB.





BUDIDAYA UBI JALAR DAN SUMBER KARBOHIDRAT NON BIJI

A. Pelaksanaan Praktikum
       Praktikum dilaksanakan pada:
Hari                        : Rabu
Tanggal       : 08 Oktober 2014
Tempat        : Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,
  Yogyakarta.
B. Tujuan
1. Mengetahui pertumbuhan ubi jalar.
2. Mengetahui sumber karbohidrat non biji.
C. Dasar Teori
       Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang dapat tumbuh dan berkembang diseluruh Indonesia. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat non beras tertinggi keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu. Serta mampu meningkatkan ketersediaan pangan dan diversifikasi pangan didalam masyarakat. Sebagai sumber pangan, tanaman ini mengandung energi, bekaroten, vitamin c, niacin, riboflavin, thiamin, dan mineral. Oleh karena itu komoditas ini memiliki peran penting, baik dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, maupun pakan ternak. Sebagian negara penghasil ubi jalar terbesar kedua didunia setelah RRC, Indonesia mempunyai potensi besar dalam pengembangan industri, pengolahan berbasis ubi jalar. Menurut data statistik, tingkat produksi ubi jalar diIndonesia pada tahun 2007 mencapai 1.886 juta ton dengan areal panen seluas 176,93 ribu hektar (Anonim cit BPS, 2008).
       Tanaman ubi jalar berbatang lunak, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus, batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang 1 ruas antara 1-3cm dan setiap ruas ditumbuhi daun, akar, dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam yaitu tergantung varietasnya, dan umumnya berkisar antara 2-3 m untuk varietas ubi jalar merambat (Anonim cit Sutoro, 2003).
       Ubi jalar dapat ditanam ditegalan atau disawah. Penyiapan lahan ditujukan untuk menciptakan media tumbuh yang gembur dan subur. Tanah diolah dan dibuat guludan dengan lebar 40-60 cm dan tinggi 25-30 cm. Jarak antar guludan 80-100 cm pada tanah berat (berlempung) untuk membuat guludan yang gembur perlu ditambah 10 ton bahan organik perhektar (Anonim cit Sarief, 1985).
D. Alat dan Bahan
1. Bahan stek dari ubi jalar
2. Ubi-ubian
3. Alat olah tanah
4. Alat ukur panjang
5. Pisau
6. Jangka sorong
7. Ember
8. Cethok
9. Karung goni
10. Media tanam (tanah dan pupuk)
E. Cara Kerja
1. Menyediakan bahan stek ubi jalar untuk masing-masing dengan panjang 25 cm.
2. Menanam stek ubi jalar pada guludan dengan kedalaman tanam 10 cm sampai dengan 15 cm dengan jarak tanam 60 x 40 cm, kemudian disiram air.
3. Pemupukan dilakukan seminggu sebelum tanam dengan menggunakan pupuk organik.
4. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit.
5. Mengamati ubi-ubian sebagai sumber kabohidrat non biji.

F. Data Hasil Pengamatan
1.    Tabel data sampel ubi jalar merah
Tanaman Ubi
Panjang Tunas
(cm)
Jumlah Daun
(helai)
Jumlah Tunas

1
30
19
9
2
40
17
6
3
25
10
8
2.      Tabel data sampel ubi jalar kuning
Tanaman Ubi
Panjang Tunas
(cm)
Jumlah Daun
(helai)
Jumlah Tunas

1
25
9
7
2
26
9
6
3
22
7
5

G. Pembahasan
Dari pengamatan kami pada ubi jalar dengan menggunakan 2 sampel yaitu ubi jalar merah dan ubi jalar kuning dihasilkan data sebagai berikut. Untuk tanaman ubi jalar merah 1 diperoleh panjang tunas 30 cm, jumlah daun 19 helai, jumlah tunas 9 buah. Ubi jalar merah 2 diperoleh panjang tunas 40 cm, jumlah daun 17 helai, jumlah tunas 6 buah. Ubi jalar merah 3 diperoleh penjang tunas 25 cm, jumlah daun 10 helai, jumlah tunas 8 buah. Untuk ubi jalar kuning 1 dihasilkan panjang tunas 25 cm, jumlah daun 9 helai, jumlah tunas 7. Ubi jalar kuning 2 diperoleh panjang tunas 26 cm, jumlah daun 9 helai, jumlah tunas 6 buah. Ubi jalar kuning 3 diperoleh panjang tunas 22 cm, jumlah daun 7 helai, dan jumlah tunas 5 buah.
H. Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa ubi jalar merah lebih subur dibandingkan ubi jalar merah dimana diperoleh data panjang tunas dari 3 tanaman berturut – turut yaitu 30 cm, 40 cm, 25 cm, dengan jumlah daun berturut – turut 19 helai, 17 helai, 10 helai dan jumlah tunas berturut – turut 9 buah, 6 buah, 8 buah. Semua itu disebabkan oleh kesuburan tanah, ketersediaan air dan perawatan yang kami lakukan. Sehingga tanaman tumbuh dan berkembang dengan subur.
I.     Daftar Pustaka
Anonim cit BPS. 2008.Ubi jalar.http://ukeannisanasution.wordpress.com.
Diaskes pada tanggal 21 November. Pukul 16.00 WIB.
Anonim cit Sutoro.2003. Laporan produksi tanaman pangan produksi.
http://agroteknologiminatagronomi.blogspot.com.
Diaskes pada tanggal 21 November 2014. Pukul 16.15 WIB.
Anonim cit Sarief. 1985. Laporan produksi tanaman pangan produksi.
http://agroteknologiminatagronomi.blogspot.com.
Diaskes pada tanggal 21 November 2014. Pukul 16.15 WIB.