ACARA
I
PENGATURAN JARAK TANAM
A.
Pelaksanaan
Kegiatan
Praktikum
dilaksanakan pada:
Hari :
Rabu
Tanggal : 01
Oktober 2014
Tempat : Kebun
Percobaan Wedomartani, Ngemplak,
Sleman,Yogyakarta.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui ruang untuk tumbuh dan berkembang tanaman
2.
Mengetahui luasan minimal yang dibutuhkan tanaman agar tanaman mampu bereproduksi
C.
Dasar
Teori
Pemanfaatan
potensi sumberdaya lahan setempat secara optimal bagi tujuan pembangunan
pertanian berkelanjutan dan salah satunya adalah dengan penerapan pengaturan
jarak tanam. Keunggulan sistem ini dapat mempengaruhi populasi tanaman, efisien
dalam penggunaan cahaya, menekan perkembangan hama penyakit dan mengurangi
kompetisi tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara.
Jarak
tanam mencerminkan populasi tanaman, yaitu jumlah tanaman per satuan luas
lahan. Jarak tanam sangat penting diperhatikan karena akan mempengaruhi derajat
persaingan didalam dan diantar spesies. Makin tinggi populasi maka tingkat
persaingan juga semakin tinggi. Tingkat persaingan yang dialami tanaman akan
mempengaruhi hasil produksi tanaman tersebut (Anonim cit Nasril, 1997).
Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman, terutama terhadap tinggi tanaman, leaf area index,
jumlah umbi atau biji per petak. Pengaturan jarak tanam yang tepat diperlukan
untuk pertumbuhan dan produksi. Perlakuan jarak tanam yang rapat akan
menghasilkan tanaman yang lebih tinggi. Semakin rapat jarak tanam maka laju
pertumbuhan tinggi tanaman akan semakin besar, akibatnya tanaman mempunyai
tajuk yang tinggi, pertumbuhan tinggi tanaman yang pesat disebabkan oleh ruang
tumbuh yang sempit sehingga kompetisi cahaya antar individu akan semakin besar
(Anonim cit Mattjik, 2002).
Pengaturan
populasi tanaman melalui pengaturan jarak tanam pada suatu tanaman akan
mempengaruhi keefisienan tanaman dalam memanfaatkan matahari dan persaingan
tanaman dalam pemanfaatan hara dan air yang akhirnya akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan oengaturan jarak tanam yang baik, maka
pemanfaatan ruang yang ada bagi petumbuhan tanaman dan kapasitas penyangga
terhadap peristiwa yang merugikan dapat diefisienkan. Berdasarkan hal tersebut
diatas, maka perlu dilakukan kajian untuk mengetahui pengaruh sistem jarak
tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tumbuhan. Upaya
meningkatkan produksi tanaman per luasan tertentu dapat dilakukan dengan
meningkatkan populasi tanaman dengan jarak tanam turut mempengaruhi
produktivitas tanaman. Kerapatan atau ukuran poulai tanaman sangat penting
untuk memperoleh hasil yang optimal, tetapi dapat terjadi persaingan dalam
hara, air, dan ruang tumbuh serta mengurangi perkembangan tinggi dan kedalaman
akar tanaman (Anonim cit Nasir, 2010).
D.
Alatdan
Bahan
1. Benih
kangkung
2. Pupuk
kandang
3. Cangkul
4. Garu
5. Tugal
6. Mal
jarak tanam (10 x 10 cm dan 15 x 15 cm)
E.
Cara
Kerja
1.
Membuat bedengan masing-masing seluas 200 x 200 cm sebanyak 2 buah bedengan kemudian
gemburkan dengan cangkul.
2.
Meratakan dan bersihkan media tanam menggunakan garu.
3.
Memberi pupuk organik 2 ember kecil dan dicampur secara merata.
4.
Cara penanamannya adalah sebagai berikut:
a. Membuat
lubang tanam dengan menggunaka tugal dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm dan 15 cm
x 15 cm (untuk membuat jarak tanam gunakan mal jarak tanam).
b. Memasukan
Furadan kemudian benih kangkung ke dalam lubang tersebut sebanyak 3 buah benih
setiap lubangnya, kemudian tutup lubang dengan tanah.
c. Penyiraman
dilakukan minimal 1 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari atau sore hari.
Penyiraman ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman yang diteliti tidak
terganggu, dan produksi yang dihasilkan lebih banyak.
d. Penyiangan
dilakukan ketika tanaman yang diteliti ditumbuhi oleh gulma, yaitu dilakukan
secara manual menggunakan tangan dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh
disekitar tanaman yang diteliti.
e. Penyulaman
dilakukan 1 minggu setelah tanam apabila terjadi kematian pada salah satu
tanaman yang diteliti, yaitu dengan cara mengambil tanaman dari tempat ataupun
lahan tersendiri yang memang disediakan untuk tanaman sulaman, kemudian di
tanam pada tempat tanaman tersebut mati.
f. Memupuk
dilakukan guna menambah hara tanah agar tanaman kangkung dapat tumbuh dan
bereproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diberikan sesuai dengan fase
pertumbuhannya dan dengan cara menaburkan pupuk pada sekitar tanaman.
g. Mengendalikan
hama dan penyakit dilakukan apabila tanaman terserang oleh hama atau penyakit,
yaitu bisa dilakukan dengan cara mekanik ataupun kimia. Secara mekanik yaitu
dengan mengusir atau membuang langsung hama yang ada pada tanaman seperti ulat
misalnya. Kemudian untuk pengendalian terhadap penyakit dapat dilakukan dengan
cara kimia yaitu sesuai dengan memberikan pestisida.
F. Data Hasil Pengamatan
Dalam
mencari data hasil penelitian mengukur tinggi tanaman dan banyak daun kami
menggunakan 3 sempel tanaman dibeberapa titik untuk setiap bedengan yaitu di
jarak tanam 10 cm x 10 cm dan 15 cm x 15 cm
dan memperoleh data hasil penelitian antara lain:
1.
Tabel Data sampel tanaman kangkung dengan jarak
tanam 10 cm x 10 cm
NO.
|
Sampel
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
1.
|
1
|
69 cm
|
28 helai
|
2.
|
2
|
69 cm
|
20 helai
|
3.
|
3
|
69 cm
|
18 helai
|
2.
Tabel data sampel tanaman kangkung dengan jarak
tanam 15 cm x 15 cm
NO.
|
Sampel
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah Daun
|
1.
|
1
|
69 cm
|
27 helai
|
2.
|
2
|
61 cm
|
30 helai
|
3.
|
3
|
58 Cm
|
31 helai
|
G.
Pembahasan
Berdasarkan data
diatas tanaman dengan jarak 10 x 10 diperoleh hasil tinggi tanaman 69 cm dan
jumlah daun 28 helai, sampel dua diperoleh tinggi 69 cm dengan jumlah daun 20
helai dan sampel tiga diperoleh tinggi tanaman 69 cm,jumlah daun tanaman
sebanyak 18 helai. Dari data tanaman yang ditanam pada jarak ini menghasilkan
tanaman yang tingi dan berdaun sedikit dikarenakan kompetisi sinar matahari
menjadi lebih ketat, yang disebabkan terlalu dekatnya jarak tanaman. Berbeda
dengan tanaman yang ditanam dengan jarak 15 x 15 yang diperoleh data sebagai
berikut: sampel satu diperoleh tinggi tanaman 69 cm dan jumlah daun sebanyak 27
helai, sampel dua diperoleh tinggi tanaman 61 cm dan jumlah daun sebanyak 30
helai, dan pada sampel tiga diperoleh tinggi tanaman 58 cm, jumlah daun
sebanyak 31 helai. Data yang diperoleh pada jarak tanam 15 x 15 tanaman lebih
pendek dan berdaun banyak karena persaingan sinar matahari sedikit.
H.
Kesimpulan
Berdasarkan data
diatas dapat disimpulkan tanaman dengan jarak tanam 10 x 10 lebih unggul,
karena dengan lahan yang sedikit kita dapat menanam tanaman dengan jumlah yang
banyak meskipun jumlah daunya lebih sedikit dibanding tanaman yang jarak
tanamnya 15 x 15.
I.
Daftar
Pustaka
Anonim cit Nasir. 2010.
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan
Diakses
pada tanggal 11 November 2014. Pukul 21.00 WIB.
Anonim
cit Nasril. 1997. Laporan praktikum
ekologi tanaman
http://ahmad-
nasir. blogspot.com. Diakses pada tanggal09 November 2014. Pukul 16.00 WIB.
Anonim
citMattjik. 2002. Jarak tanam http://scribd.com.
Diakses
pada tanggal 09 November 2014. Pukul 16.10 WIB.
ACARA
II
PERBANYAKAN
TANAMAN SECARA VEGETATIF
A.
Pelaksanaan
Praktikum
Praktikum
dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 15 Oktober 2014
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani,Ngemplak,
Sleman,
Yogyakarta.
B.
Tujuan
Mengetahui perbanyakan tanaman
secara vegetatif.
C.
Dasar
Teori
Perbanyakan
secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti cabang,
ranting, pucuk, daun, umbi, dan akar. Prinsipnya adalah merangsang tunas
adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman
sempurna yang memiliki akar, batang dan daun. Perbanyakan secara vegetatif
dapat dilakukan dengan cara cangkok, rundukan, stek, dan kultur jaringan.
Mencangkok
merupakan teknik yang dilakukan untuk mendapatkan tanaman baru sebagai bahan
tanaman dalam pembangunan bank klon, kebun benih klon, kebun persilangan karena
dengan teknik ini lebih cepat berbunga dan berbuah. Cangkok sangat cocok
dilakukan pada tanamanan buah-buahan yang batangnya berkayu seperti mangga,
jeruk, jambu biji, belimbing manis, kelengkeng, serta tanaman hias (Anonim cit Redaksi
AgroMedia, 2008).
Faktor-faktor mencangkok
meliputi: 1.) Waktu pencangkokan, sebaiknya dilakukan pada musim hujan agar
tidak melakukan penyiraman berulang-ulang. 2.) Pemilihan batang cangkok, pohon
induk yang digunakan adalah yang umumnya tidak terlalu tua dan terlalu muda,
sehat, kuat, dan subur, serta banyak dan baik buahnya. Keunggulan cangkok
adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi. Selain itu tanaman
yang dihasilkan dapat mewarisi 100% sifat induknya. Namun, tanaman hasil
cangkok juga memiliki kelemahan, yaitu percabangannya tidak lebat dan tidak
kompak, serta produktivitas yang terbatas (Anonim cit Rochiman, 1973).
Perbanyakan dengan cara
stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan atau bagian tanaman
seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum
dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Dengan kata lain stek atau
potongan adalah menumbuhkan bagian dari potongan tanaman sehingga menjadi
tanaman baru (Anonim cit Yustina, 1994).
Stek dapat dibedakan
menurut bagian tanaman yang diambil untuk bahan stek. Stek akar, misalnya pada
jambu biji, camara, albezzia, dan aesculus. Stek batang misalnya rizome, tuber,
dan buah naga. Stek daun misalnya tanaman cocor bebek. Stek tunas, misalnya
pada tanaman anggur (Anonim, 2005).
Faktor penentu
keberhasilan stek secara umum dikelompokan menjadi fakter internal dan faktor
eksternal. Faktor internal terdiri dari: ketersediaan air, cadangan makanan,
hormon endogen, umur tanaman, dan jenis tanaman. Faktor eksternal terdiri dari:
media perakaran, kelembaban udara, suhu, intensitas cahaya, teknik penyiapan
stek (Anonim cit Supriyanto, 1996).
D.
Alat
dan Bahan
1. Bahan
stek daun atau batang
2. Tanaman
induk untuk cangkok puring
3. Polybag
4. Mos,
cocopit
5. Media
tanam (Tanah dan pupuk kandang)
6. Pisau
steril
7. Plastik
E. Cara Kerja
1.
Cara menstek tanaman:
a.
Menyiapkan bahan stek dari daun atau
batang tanaman
b.
Permukaan daun atau batang bagian bawah
dipotong menyerong, oleskan dengan
rizoton
c.
Tanamlah pada media tanam (campuran
antara pupuk kandang dan tanah)
d.
Lakukan penyiraman setiap hari, tetapi
jangan sampai becek
2. Cara
mencangkok tanaman:
a.
Memilih pohon induk yang pertumbuhanya
baik
b.
Membuat keratan melingkari batang
(cabang) sebanyak dua buah keratan dengan jarak antar keratan 5 cm dengan
menggunakan pisau steril
c.
Mengupas kulit batang yang berada
diantara dua keratan tersebut
d.
Membersihkan kambium supaya tidak
terjadi kulit baru
e.
Menyiapkan media tanah yang sudah
dibasahi kemudian dibalutkan pada cabang yang telah dikupas
f.
Melakukan penyiraman setiap hari supaya
media tanah tidak kering.
F.
Data
Hasil Pengamatan
Dalam mencari data hasil mencangkok dan
menstek kami menggunakan 2 sampel untuk cangkok dan 5 sempel untuk stek tanaman,
dan menghasilkan data sebagai berikut:
1.
Tabel data hasil pengamatan cangkok
No
|
Sampel
|
Jumlah
akar
|
Panjang
akar
|
1
|
Media
tanah
|
0
akar
|
0
cm
|
2
|
Media
mos
|
0
akar
|
0cm
|
2.
Tabel data hasil pengamatan stek
No
|
Sampel
|
Jumlah akar
|
Panjang akar
|
1
|
Sampel 1
|
3 buah
|
4 cm
|
2
|
Sampel 2
|
2 buah
|
5 cm
|
3
|
Sampel 3
|
0 buah
|
0 cm
|
4
|
Sampel 4
|
0 buah
|
0 cm
|
5
|
Sampel 5
|
0 buah
|
0 cm
|
G.
Pembahasan
Berdasarkan
data diatas pada kegiatan mencangkok tidak ada yang berhasil menumbuhkan akar
satupun baik yang dengan media mos maupun dengan media tanah. Hal ini
dikarenakan batang yang kami cangkok berada didalam rimbunan daun sehingga
proses fotosintesis kurang maksimal. Selain itu kami pun kurang dalam
penyiraman sehingga media menjadi kering dan akibatnya tidak muncul akar.
Berdasarkan
data diatas kegiatan stek pada sampel satu menghasilkan 3 buah dan panjang 4
cm, dan sampel dua menghasilkan 2 buah dan panjang 5 cm, untuk sampel tiga,
empat dan lima tidak ada yang berhasil.
H.
Kesimpulan
Dari
data diatas dapat disimpulkan proses mencangkok tidak berhasil karena faktor
kelembaban media cangkok dan kurang teraturnya penyiraman. Pada stek sampel
satu yang memiliki 3 buah akar dengan panjang 4 cm, dan sampel dua yang
memiliki 2 buah akar dengan panjang 5 cm berhasil, sedangkan sampel tiga, empat
dan lima tidak berhasil dikarenakan faktor perawatan yang kurang.
I.
Daftar
Pustaka
Anonim. 2005. Perbanyakan dan perkembangan tanaman secara
Vegetatif Buatan.http://ginaacasper.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 November 2014. Pukul 20.30
WIB.
Anonim
cit Rochiman.1973.Laporan Praktikum
Perbanyakan Tanaman
Secara
vegetatif. http://nellycentaninie.blogspot.com.
Diakses pada
tanggal 12 November 2014. Pukul 19.50 WIB.
Anonim cit Redaksi AgroMedia. 2008.Laporan Akhir Pembiakan
Vegetatif
Tanaman. http://el-chrollo.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 12 November
2014. Pukul 19.38 WIB.
Anonim
cit Supriyanto. 1996. Perbanyakan dan perkembangan tanaman
secaraVegetatif
Buatan. http://ginaacasper.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 12 November 2014.
Pukul 20.30 WIB.
ACARA
III
PERSEMAIAN
A.
Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal :
15 Oktober 2014
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani,
Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta
B.
Tujuan
Mengetahui
cara membuat persemaian untuk budidaya tanaman
C. Dasar Teori
Persemaian
didefinisikan sebagai suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu
jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan selama periode yang ditetapkan.
Tujuan utama pembuatan pembibitan adalah sebagai upaya penyediaan bibit yang
berkualitas yang baik dalam jumlah yang memadai, sesuai dengan perencanaan
penanaman (Anonim, 2006).
Pada umumnya pesemaian digolongkan dalam
berbagai jenis atau tipe yaitu persemain sementara dan persemaian tetap.
Persemain sementara (flaying nursery) biasanya
berukuran kecil dan berletak didaerah yang akan ditanami. Persemaian sementara
ini biasanya berlangsung untuk beberapa periode pemanenan bibit atau semai.
Sedangkan persemain tetap biasanya berukuran lebih besar dan lokasinya menetap
disuatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas (Anonim cit Andini,
2006).
Tempat persemaian adalah sepetak tanah
yang sengaja dibuat untuk menyemaikan bibit-bibit yang tidak dapat atau sukar
untuk ditanam langsung dikebun. Hampir semua bibit sayuran memerlukan
persemaian itu. Hanya bayam, lobak, kangkung, bawang merah, bawang putih, dan
lain-lain, dan semua jenis kacang dapat langsung ditanam dengan cara disebarkan
pada petakan-petakan persemaian yang agak luas dapat dibuat pada tanah yang
khusus disediakan untuk keperluan itu. Untuk berkebun dihalaman cukup
dipergunakan sebuah bak yang dibuat dari kayu (Anonim cit Rismunandar, 2003).
D.
Alat
dan
Bahan
1.
Benih seledri
2.
Pupuk kandang
3.
Furadan
4.
Cethok
5.
Plastik
E.
Cara Kerja
1.
Membuat media persemaian yang terdiri
dari tanah dan pupuk kandang perbandingan 1 : 1 menggunakan potrays.
2.
Membuat lubang dan menanam benih seledri
sebanyak 2 benih perlubang
3.
Menyiram media sampai basah dan letakkan
di bawah tempat yang teduh
F.
Data Hasil Pengamatan
Dalam mencari data hasil penelitian mengukur tinggi
tanaman dan banyak daun kami menggunakan 3 sempel tanaman seledri yang
tertinggi antara lain: 1. Tabel sample tanaman seledri tertinggi
No
|
Sample Tanaman
|
Tinggi Tanaman
( cm )
|
Jumlah Daun
|
1.
|
1
|
3
|
3 Helai
|
2.
|
2
|
3
|
4 Helai
|
3.
|
3
|
2,5
|
3 Helai
|
Berdasarkan
data diatas pada kegiatan persemaian kami mengambil tiga sampel secara acak,
sampel 1 diperoleh tinggi tanaman 3 cm dan daun sebanyak 3 helai, sampel 2 diperoleh
tinggi tanaman 3 cm dan daun sebanyak 4 helai, dan pada sampel 3 diperoleh
tinggi tanaman 2,5 cm kemudian daunnya sebanyak 3 helai. Presentasi hidup pada
persemaian kami lumayan tinggi yaitu 60% dari 100%.
H.
Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan tanaman sledri
pada sampel yang kami ambil yaitu pada sampel 1 dan 2 adalah tanaman yang
tertinggi, kemungkinan karena kualitas benih yang baik dan juga tingkat
kesuburan tanahnya tinggi. Persemaian kami dilihat dari presentasi tumbuh sudah
cukup tinggi yaitu 60%, tetapi masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan
perawatan yang kita lakukan kurang maksimal.
I.
Daftar
Pustaka
Anonim. 2006. Penyemaian benih sayuran.
http://siskannajwa.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 10 November 2014. Pukul 12.00 WIB.
Anonim
cit Andini. 2006. Penyemaian benih
sayuran
http://siskannajwa.blogspot.com.
Diakses
pada tanggal 10 November 2014. Pukul 12.00 WIB.
Anonim
cit Rismunandar. 2003. Perbandingan
komposisi media tanam. http://
abdulmuing-abdulmuing.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 10 November 2014. Pukul 12.10 WIB.
ACARA
IV
VERTIKULTUR
DAN BUDIDAYA TANAMAN POT
A.
Pelaksanaan
Praktikum
Praktikum
dilaksanakan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 15 Oktober 2014
Tempat : Kebun Percobaan Wedomartani,
Ngemplak, Sleman, Yogyakarta
B. Tujuan
1. Mempraktikan
budidaya sayuran dengan system vertikultur dan budidaya dalam pot
2. Memanfaatkan
limbah untuk budidaya vertikultur
C. Dasar Teori
Vertikultur adalah cara bertanam dalam sususan vertikal
ke atas menuju ruangan udara bebas, dengan menggunakan tempat media tumbuh yang
disusun secara vertikal pula (Anonim cit Agus, 2010).
Budidaya tanaman dalam pot merupakan salah satu
alternatif budidaya tanaman di lahan sempit. tidak hanyatanaman hias dan bonsai
saja yang dapat dibudidayakan didalam pot, tanaman buah dan sayur juga dapat dibudidayakan
didalam pot. Dari segi perawatan budidaya dalam pot tidaklah tergolong sulit.
Sama halnya dengan perawatan tanaman pada umumnya(Anonim, 2007).
Tujuan vertikultur untuk memberikan solusi
pemanfaatan pekarangan rumah seoptimal mungkin agar dapat memenuhi sebagian
kebutuhan pangan secara mandiri (Anonim cit Benny, 2003).
Sistem penanaman vertikultur sangat cocok diterapkan
khususnya bagi para petani atau pengusaha yang memiliki lahan sempit.
Vertikultur juga dapat diterapkan pada bangunan-bangunan bertingkat, perumahan
umum atau bahkan pada pemukiman didaerah padat yang tidak memiliki halaman sama
sekali. Dengan metode vertikultur kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal
mungkin. Usaha tani secara komersial dapat dilakukan secara vertikultur apalagi
kalau sekedar untuk memenuhi kebutuhan sendir akan sayuran atau buah-buahan
semusim (Anonim cit Noverita, 2005).
D. Alat dan Bahan
1. Benih
sayuran
2. Pupuk
kandang
3. Sekam
bakar atau cocopit
4. Alat
vertikultur
5. Cethok
6. Cangkul
7. Ember
E.
Cara
Kerja
1. Mencampur
tanah dengan pupuk kandang dan sekam dengan perbandingan 1:1:1.
2. Menyiapkan
peralatan vertikultur yang akan digunakan.
3. Mengisi
peralatan vertikultur dengan campuran media tanam yang telah dibuat.
4. Menanami
setiap lubang wadah dengan bibit yang telah dipersiapkan.
5. Menyirami
media tanam menggunakan gembor.
F.
Data
Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan pada acara
ke lima ini diperoleh data sebagai berikut:
1.
Tabel pengamatan vertikultur
No
Lubang
|
Nama Tanaman
|
Tinggi tanaman
|
Jumlah Daun
|
1
|
Sawi
|
18 cm
|
1 helai
|
2
|
Bayam
|
2,2 cm
|
2 helai
|
3
|
Bayam
|
2,5 cm
|
2 helai
|
4
|
Bayam
|
1 cm
|
2 helai
|
5
|
Bayam
|
1,8 cm
|
2 helai
|
6
|
Bayam
|
1 cm
|
2 helai
|
7
|
Sawi
|
0 cm
|
0 helai
|
8
|
Sawi
|
0 cm
|
0 helai
|
No.
|
Sampel Tanaman
Cabe
|
Tinggi Tanaman
(cm)
|
Jumlah Daun
|
1.
|
1
|
68
|
81 helai
|
2.
|
2
|
60
|
97 helai
|
3.
|
3
|
50
|
68 helai
|
4.
|
4
|
61
|
76 helai
|
5.
|
5
|
53
|
87
helai
|
G. Pembahasan
Berdasarkan data diatas pada kegiatan vertikultur
untuk lubang satu ditanami sawi yang menghasilkan tinggi tanaman 18 cm dan daun
sebanyak 1 helai, lubang dua ditanami tanaman bayam yang menghasilkan tinggi
2,2 cm dan jumlah daun sebanyak 2 helai, lubang tiga ditanami bayam
menghasilkan tinggi 2,5 cm dan daun sebanyak 2 helai, lubang ke empat ditanami
bayam menghasilkan tinggi 1 cm dan daun sebanyak 2 helai, lubang lima ditanami
bayam yang menghasilkan tinggi 1,8 cm dan jumlah daun sebanyak 2 helai, lubang
enam ditanami bayam yang menghasilkan tinggi tanaman 1 cm dan jumlah daun
sebanyak 2 helai, sedangkan lubang tujuh dan delapan tanaman sawinya mati
karena kurangnya perawatan.
Berdasarkan data diatas pada sampel satu menghasilkan
tinggi tanaman 68 cm dan daun dengan jumlah sebanyak 81 helai, pada sampel dua
menghasilkan tinggi tanaman 60 cm dan daun dengan jumlah sebanyak 97 helai,
pada sampel tiga menghasilkan tinggi tanaman 50 cm dan daun sebanyak 68 helai,
pada sampel empat menghasilkan tinggi tanaman 61 cm dan daun sebanyak 76 helai,
sampel lima menghasilkan tinggi tanaman 53 cm dan daun sebanyak 87 cm.
H. Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tanaman
tertinggi pada tanaman sawi yaitu 18 cm dengan jumlah daun 1 helai, tanaman
sawi ini berdaun 1 karena terjadi pembusukan pada batang myang disebabkan oleh
tingginya kelembaban. Untuk tanaman cabai tanaman tertinggi terjadi pada sampel
satu, yang tingginya 68 cm dan daun terbanyak pada sampel dua yaitu 97 helai.
I. Daftar pustaka
Anonim. 2007. Pemeliharaan
tanaman dalam pot. http://
Pemeliharaan-tanaman-dalam-pot.html?=1.
Diakses pada 21 November 2014. Pukul 02.09 WIB.
Anonim
cit Agus. 2010. Sistem Pertanian Vertikultur.
http:// Sistem-
Pertanian Vertikultur702.html?m=1.
Diakses pada tanggal 20 November 2014. Pukul 20.30 WIB.
Anonim
cit Benny. 2003. Sistem Pertanian Vertikultur.
http:// Sistem-Pertanian-Vertikultur702.html?m=1. Diakses pada tanggal 20
November 2014. Pukul 20.30 WIB.
Anonim
cit Noverita. 2005. Sistem Pertanian
Vertikultur. http:// Sistem-Pertanian-Vertikultur702.html?m=1. Diakses pada
tanggal 20 November 2014. Pukul 20.30 WIB.
ACARA
V
PEMELIHARAAN
BUAH NAGA
A. Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada:
Hari :
Rabu
Tanggal : 8 Oktober 2014
Tempat : Kebun Percobaan Kedomartani, Ngemplak,
Sleman, Yogyakarta.
B. Tujuan
1.
Mempraktekkan aplikasi pemupukan dan pemangkasan buah naga.
2. Mempraktekkan pembuat biopori untuk pemupukan.
C. Dasar Teori
Pemangkasan
bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan cabang atau sulur buah naga atau
menghilagkan tunas baru yang muncul. Ada tiga tipe pemangkasan dalam budidaya
buah naga, yakni pemangkasan untuk membentuk batang pokok, pemangkasan
membentuk cabang produksi, dan pemangkasan peremajaan.Pemangkasan untuk
membentuk batang pokok dilakukan pada batang bibit tanaman. Tanaman yang baik
memiliki batang pokok yang panjang, besar dan kokoh. Untuk mendapatkan dipilih
tunas yang tumbuh di bagian paling atas batang awal.Tunas yang tumbuh di
bawahnya sebaiknya dipotong saja (Anonim, 2014).
Pemangkasan
untuk membentuk cabang produksi dilakukan pada tunas yang tumbuh pada batang
pokok. Pilih 3-4 tunas untuk ditumbuhkan. Nantinya tunas ini menjadi batang produksi
dan menjuntai ke bawah. Tunas yang ditumbukkan sebaiknya yang ada di bagian
atas, sekitar 30 cm dari ujung atas. Pemangkasan peremajaan dilakukan pada
cabang produksi yang kurang produktif. Biasanya sudah berbuah 3-4 kali.Hasil
pangkasan peremajaan ini biasanya dijadikan sumber bibit tanaman. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemangkasan adalah bentuk tanaman. Biasanya tanaman
buah naga tumbuh tidak teratur. Upayakan agar tunas – tunas yang dipilih bisa
membentuk tanaman dengan baik. Sehingga percabangan tidak terlalu rimbun dan
batang yang ada di bawah tajuk bisa terkena sinar matahari dengan maksimal
(Anonim, 2012).
Lubang
resapan biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi
genangan air dengan meningkatkan daya resap air pada tanah. Peningkatan daya
resap air pada tanagh. Dilakukan dengan membuat lubang pada tanah dan
menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Sampah organik
yang ditimbunkan pada lubang ini kemudiandapat menghidupi fauna tanah, yang
seterusnya menciptakan pori-pori didalam tanah (Anonim, 2014).
Faktor
terjadinya pelapukan biasanya dikarenakan karena suhu, salah satu faktor
penentu suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah akan
menyebabkan cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup
material untuk menahan panas yang dilepas, sehingga mikroorganisme tidak akan
berkembang secara wajar. Sebaliknya jika timbunan terlalu tinggi, akan ada kepadatan
organik sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan tidak ada udara di dalam
timbunan (Anonim, 2012).
D. Alat dan Bahan
1.Tanaman
buah naga yang sudah produksi
2.
Pupuk kandang
3.
Gunting tanaman
4.
Cethok
5.
Cangkul
6.
Ember
7.
Alat biopori
E. Cara Kerja
1.
Membuat lubang di samping tanaman dengan menggunakan alat biopori.
2. Masukkan seresah daun ke dalam lubang biopori
3. Memberikan pupuk kandang di sekitar perakaran
tanaman buah naga
4.
Melakukan pemangkasan dengan menggunakan gunting pada cabang/sulur yang tumbuh
panjang atau sudah melengkung ke bawah
5.
Mengusahakan untuk tidak tumbuh tunas baru agar unsur hara hanya digunakan
untuk pertumbuhan bunga/buah
6.
Menyiram buah naga menggunakan gembor secara rutin
F. Data Hasil Pengamatan
1.
Tabel data lubang biopori
No.
|
Lubang ke-
|
Kelapukan
|
Organisme
|
1.
|
1
|
Lapuk Sedang
|
Kutu dan Semut
|
2.
|
2
|
Lapuk Sedang
|
Belatung 3,5 cm
|
3.
|
3
|
Lapuk Sedang
|
Kutu dan Semut
|
4.
|
4
|
Lapuk
|
Kutu dan Semut
|
5.
|
5
|
Tidak Lapuk
|
Kepik
|
6.
|
6
|
Tidak Lapuk
|
Kutu
|
7.
|
7
|
Tidak Lapuk
|
Semut
|
8.
|
8
|
Tidak Lapuk
|
Semut dan Belatung 1 cm
|
G. Pembahasan
Berdasarkan
data diatas pada lubang 1 seresah yang dimasukan lapuknya sedang dan organisme
yang ada didalam biopori kutu dan semut, lubang 2 kelapukanya sedang dan
organisme yang terdapat didalam lubang yaitu belatung dengan panjang 3,5 cm,
lubang 3 kelapukannya sedang dan organisme yang terdapat didalam lubang yaitu
kutu dan semut, lubang 4 seresah yang dimasukan lapuk dengan sempurna dan
terdapat organisme kutu dan semut, lubang 5 tidak lapuk dan terdapat organisme
kepik, lubang 6 tidak lapuk dan terdapat organisme kutu, lubang 7 tidak lapuk
dan juga terdapat organisme semut, lubang 7 tidak lapuk dan didalam lubang
terdapat organisme semut dan belatung. Lapuk tidaknya seresah yang dimasukan
kedalam lubang biopori tergantung suhu dan kelembaban didalam lubang tersebut,
sehingga dapat menarik organisme – organisme pengurai yang memakan akar buah
naga.
H. Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa dari ke 8
lubang biopori masih banyak lubang yang tidak mengalami pelapukan yaitu pada
lubang 5, 6, 7, 8. Dalam segi pelapukan banyak lubang biopori yang mengalami
lapuk sedang yaitu pada lubang 1, 2, dan 3. Sedangkan pada lubang 4 lapuk
dengan sempurna. Salah satu faktornya adalah suhu dan kelembaban yang dapat
mempengaruhi masuknya organisme pengurai kedalam lubang biopori.
I.
Daftar
Pustaka
Anonim. 2012. Biopori. http://tyascapella.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 21 November 2014. Pukul 08.30 WIB.
Anonim.
2012. Panduan teknis budidaya buah naga. http://alamatani.com.
Diakses pada tanggal 21 November 2014
Pukul 08.39 WIB.
Tanggal
21 November 2014. Pukul 08.44 WIB.
Anonim. 2014. Teknik pemangkasan buah naga.
http://serilaman.sekolah4u.com.
Diaskes pada tanggal 21 November 2014. Pukul 08.49 WIB.
BUDIDAYA UBI JALAR DAN SUMBER
KARBOHIDRAT NON BIJI
A. Pelaksanaan Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada:
Hari :
Rabu
Tanggal :
08 Oktober 2014
Tempat :
Kebun Percobaan Wedomartani, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta.
B.
Tujuan
1. Mengetahui pertumbuhan ubi jalar.
2. Mengetahui sumber karbohidrat non
biji.
C. Dasar Teori
Ubi
jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang dapat tumbuh dan
berkembang diseluruh Indonesia. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat non
beras tertinggi keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu. Serta mampu
meningkatkan ketersediaan pangan dan diversifikasi pangan didalam masyarakat.
Sebagai sumber pangan, tanaman ini mengandung energi, bekaroten, vitamin c,
niacin, riboflavin, thiamin, dan mineral. Oleh karena itu komoditas ini
memiliki peran penting, baik dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku
industri, maupun pakan ternak. Sebagian negara penghasil ubi jalar terbesar
kedua didunia setelah RRC, Indonesia mempunyai potensi besar dalam pengembangan
industri, pengolahan berbasis ubi jalar. Menurut data statistik, tingkat
produksi ubi jalar diIndonesia pada tahun 2007 mencapai 1.886 juta ton dengan
areal panen seluas 176,93 ribu hektar (Anonim cit BPS, 2008).
Tanaman
ubi jalar berbatang lunak, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus,
batang ubi jalar beruas-ruas dan panjang 1 ruas antara 1-3cm dan setiap ruas
ditumbuhi daun, akar, dan tunas atau cabang. Panjang batang utama beragam yaitu
tergantung varietasnya, dan umumnya berkisar antara 2-3 m untuk varietas ubi
jalar merambat (Anonim cit Sutoro, 2003).
Ubi
jalar dapat ditanam ditegalan atau disawah. Penyiapan lahan ditujukan untuk
menciptakan media tumbuh yang gembur dan subur. Tanah diolah dan dibuat guludan
dengan lebar 40-60 cm dan tinggi 25-30 cm. Jarak antar guludan 80-100 cm pada
tanah berat (berlempung) untuk membuat guludan yang gembur perlu ditambah 10
ton bahan organik perhektar (Anonim cit Sarief, 1985).
D. Alat dan Bahan
1. Bahan stek dari ubi jalar
2. Ubi-ubian
3. Alat olah tanah
4. Alat ukur panjang
5. Pisau
6. Jangka sorong
7. Ember
8. Cethok
9. Karung goni
10. Media tanam (tanah dan pupuk)
E. Cara Kerja
1. Menyediakan
bahan stek ubi jalar untuk masing-masing dengan panjang 25 cm.
2. Menanam stek
ubi jalar pada guludan dengan kedalaman tanam 10 cm sampai dengan 15 cm dengan
jarak tanam 60 x 40 cm, kemudian disiram air.
3. Pemupukan
dilakukan seminggu sebelum tanam dengan menggunakan pupuk organik.
4. Pemeliharaan
tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit.
5. Mengamati
ubi-ubian sebagai sumber kabohidrat non biji.
F. Data Hasil Pengamatan
1.
Tabel data sampel ubi jalar merah
Tanaman
Ubi
|
Panjang
Tunas
(cm)
|
Jumlah
Daun
(helai)
|
Jumlah
Tunas
|
1
|
30
|
19
|
9
|
2
|
40
|
17
|
6
|
3
|
25
|
10
|
8
|
2.
Tabel data sampel ubi jalar kuning
Tanaman
Ubi
|
Panjang
Tunas
(cm)
|
Jumlah
Daun
(helai)
|
Jumlah
Tunas
|
1
|
25
|
9
|
7
|
2
|
26
|
9
|
6
|
3
|
22
|
7
|
5
|
G.
Pembahasan
Dari
pengamatan kami pada ubi jalar dengan menggunakan 2 sampel yaitu ubi jalar
merah dan ubi jalar kuning dihasilkan data sebagai berikut. Untuk tanaman ubi
jalar merah 1 diperoleh panjang tunas 30 cm, jumlah daun 19 helai, jumlah tunas
9 buah. Ubi jalar merah 2 diperoleh panjang tunas 40 cm, jumlah daun 17 helai,
jumlah tunas 6 buah. Ubi jalar merah 3 diperoleh penjang tunas 25 cm, jumlah
daun 10 helai, jumlah tunas 8 buah. Untuk ubi jalar kuning 1 dihasilkan panjang
tunas 25 cm, jumlah daun 9 helai, jumlah tunas 7. Ubi jalar kuning 2 diperoleh
panjang tunas 26 cm, jumlah daun 9 helai, jumlah tunas 6 buah. Ubi jalar kuning
3 diperoleh panjang tunas 22 cm, jumlah daun 7 helai, dan jumlah tunas 5 buah.
H. Kesimpulan
Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa ubi jalar merah lebih subur dibandingkan ubi jalar
merah dimana diperoleh data panjang tunas dari 3 tanaman berturut – turut yaitu
30 cm, 40 cm, 25 cm, dengan jumlah daun berturut – turut 19 helai, 17 helai, 10
helai dan jumlah tunas berturut – turut 9 buah, 6 buah, 8 buah. Semua itu
disebabkan oleh kesuburan tanah, ketersediaan air dan perawatan yang kami
lakukan. Sehingga tanaman tumbuh dan berkembang dengan subur.
I. Daftar Pustaka
Anonim
cit BPS. 2008.Ubi jalar.http://ukeannisanasution.wordpress.com.
Diaskes pada
tanggal 21 November. Pukul 16.00 WIB.
Anonim cit Sutoro.2003. Laporan produksi tanaman pangan produksi.
http://agroteknologiminatagronomi.blogspot.com.
Diaskes pada tanggal 21 November 2014.
Pukul 16.15 WIB.
Anonim cit Sarief. 1985. Laporan produksi tanaman pangan produksi.
http://agroteknologiminatagronomi.blogspot.com.
Diaskes pada tanggal 21 November 2014.
Pukul 16.15 WIB.