DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Tujuan.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 2
I.UMUM....................................................................................................................... 2
A. Jenis Tanaman................................................................................................. 2
B. Manfaat Tanaman............................................................................................ 2
II.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA....................................................................... 4
A. Pembibitan...................................................................................................... 4
B. Pengolahan Media
Tanam............................................................................... 7
C. Teknik Penanaman.......................................................................................... 8
D. Pemeliharaan Tanaman.................................................................................... 9
E. Pengendalian Hama dan
Penyakit................................................................. 11
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 18
A. Kesimpulan.................................................................................................... 18
B. Saran.............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 19
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kol atau kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae
berupa tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak zaman purbakala (2500-2000
SM) dan merupakan tanaman yang dipuja dan dimuliakan masyarakat Yunani Kuno.
Mulanya kol merupakan tanaman pengganggu (gulma) yang tumbuh
liar disepanjang pantai Laut Tengah, di karang-karang pantai Inggris, Denmark
dan pantai Barat Prancis sebelah Utara. Kol mulai ditanam di kebun-kebun Eropa
kira-kira abad ke 9 dan dibawa ke Amerika oleh emigran Eropa serta ke Indonesia
abad ke 16 atau 17. Pada awalnya kol ditanam untuk diambil bijinya.
Di Indonesia Kol banyak ditanam di dataran tinggi dengan
sentra terdapat di Dieng, Wonosobo, Tawangmangu, Kopeng, Salatiga, Bobot Sari,
Purbalingga, Malang, Brastagi, Argalingga, Tosari, Cipanas, Lembang, Garut,
Pengalengan dan beberapa daerah lain di Bali, Timor Timur, Nusa Tenggara Timur
dan Irian Jaya, tetapi beberapa varietas dapat ditanam di dataran rendah. Sedangkan
untuk daerah budidaya di Sumatera Barat sendiri banyak terdapat di daerah
Padang Panjang dan Alahan Panjang.
B. Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Budidaya Tanaman Hortikultura, selain itu juga untuk mengetahui cara dan teknik
budidaya Kol (Kubis) yang banyak kita komsumsidan diperdagangkan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
I. UMUM
A.
Jenis Tanaman
Berdasarkan
klasifikasinya, kol/kubis termasuk dalam:
a) Divisi : Spermatophyta
b) Sub Divisi : Angiospermae
c) Klas : Dicotyledonae
d) Famili : Cruciferae
e) Genus : Brassica
f) Spesies : Brassica oleracea
Brassica
oleracea varitas botrytis terdiri atas 2 subvaritas yaitu cauliflora DC. yang kita kenal sebagai kubis bunga putih dan cymosa Lamn. yang berbunga hijau dan
terkenal sebagai brokoli. Penentuan kultivar berdasarkan ukuran, kemampatan dan
warna massa bunga.
B.
Manfaat Tanaman
Sebagai bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup,
sayur lodeh, pecel, lotek dan lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama
menu lain. Manfaat lain dapat dibuat produk makanan instan seperti mie, makanan
ringan dan makanan cepat saji lainnya.
Di bidang kesehatan, dapat digunakan sebagai pencegah dan
obat sariawan, penyakit beri-beri, penyakit Xerophthalmia, radang syaraf,
lemahnya otot-otot, luka-luka pada tepi mulut, dermatitis bibir menjadi merah
dan radang lidah, kandungan niacin dapat mencegah penyakit palagra dan
pembentuk tulang dan gigi.
II.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
A)
Pembibitan
1. Persyaratan Benih
Benih
yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a)
Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
b)
Benih harus bebas hama dan penyakit.
c)
Benih harus murni, artinya tidak tercampur dengan biji-biji atau benih lain
serta bersih dari kotoran.
d)
Benih diambil dari jenis yang unggul atau stek yang sehat.
e)
Mempunyai daya kecambah 80%.
f)
Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.
2. Penyiapan Benih
Penyiapan
benih dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan benih dan meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai
berikut:
a.
Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida dengan dosis
yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam air panas 55 derajat C selama
15-30 menit.
b.
Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih yang baik akan
tenggelam.
4.
Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah agar benih cepat
berkecambah.
Kebutuhan
benih per hektar tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 300
gram/ha.
Benih
harus disemai dan dibumbun sebelum dipindahtanam ke lapangan. Penyemaian dapat
dilakukan di bedengan atau langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat
dari daun pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.
3. Teknik Penyemaian Benih
Hal
yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi persemaian antara lain:
(1)
tanah tidak mengandung hama dan penyakit atau faktor-faktor lain yang
merugikan;
(2)
lokasi mendapat penyinaran cahaya matahari cukup;
(3)
dekat dengan sumber air bersih.
Penyemaian
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Penyemaian di bedengan.
Cara
pertama memerlukan benih yang lebih sedikit daripada cara kedua. Sekitar 2
minggu setelah semai, bibit dipindahkan ke dalam bumbung. Bumbung dapat dibuat
dari daun pisang atau kertas berplastik dengan ukuran diameter 4-5 cm dan
tinggi 5 cm atau berupa polibag 7x10 cm yang memiliki dua lubang kecil di kedua
sisi bagian bawahnya. Bumbung diisi media campuran ayakan pupuk kandang matang
dan tanah halus dengan perbandingan 1:2 atau 1:1. Keuntungannya adalah hemat
waktu, permukaan petak semaian sempit dan jumlah benih persatuan luas banyak.
Sedangkan kelemahannya adalah penggunaan benih banyak, penyiangan gulma sukar,
memerlukan tenaga kerja terampil terutama saat pemindahan bibit ke lahan.
2. Penyemaian di Bumbung (koker atau
polybag).
Dengan
cara ini, satu per satu benih dimasukkan ke dalam bumbung yang dibuat dengan
cara seperti di atas. Bumbung dapat terbuat dari daun pisang atau daun kelapa
dengan ukuran diameter dan tinggi 5 cm atau dengan polybag kecil yang berukuran
7-8 cm x 10 cm. Media penyemaian adalah campuran tanah halus dengan pupuk
kandang (2:1) sebanyak 90%. Sebaiknya media semai disterilkan dahulu dengan
mengkukus media semai pada suhu udara 55-100 derajat C selama 30-60 menit atau
dengan menyiramkan larutan formalin 4%, ditutup lembar plastik (24 jam), lalu
diangin-anginkan. Cara lain dengan mencampurkan media semai dengan zat fumigan
Basamid-G (40-60 gram/m2) sedalam 10-15 cm, disiram air sampai basah dan
ditutup dengan lembaran plastik (5 hari), lalu plastik dibuka, dan lahan
diangin-anginkan (10-15 hari).
3. Kombinasi cara a) dan b).
Pertama
benih disebar di petak persemain, setelah berumur 4-5 hari (berdaun 3-4 helai),
dipindahkan ke dalam bumbung.
4. Penanaman langsung.
Yaitu
dengan menanam benih langsung ke lahan. Kelebihannya adalah waktu, biaya dan
tenaga lebih hemat, tetapi kelemahannya adalah perawatan yang lebih intensif.
Lahan
persemaian dapat diganti dengan kotak persemaian dan dilakukan dengan cara
sebagai berikut;
1. Buat
medium terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).
2. Buat kotak persemaian kayu (50-60
cm x 30-40 cm x 15-20 cm) dan lubangi dasar kotak untuk drainase.
3. Masukkan medium kedalam kotak
dengan tebalan 10-15 cm.
4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari tergantung cuaca.
b.
Pengatur naungan persemaian dibuka setiap pagi hingga pukul 10.00 dan sore
mulai pukul 15.00. Diluar waktu diatas, cahaya matahari terlalu panas dan
kurang menguntungkan bagi bibit.
c.
Penyiangan dilakukan terhadap tanaman lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan
bibit, dilakukan dengan mencabuti rumput-rumput/gulma lainnya yang tumbuh
disela-sela tanaman pokok.
d.
Dilakukan pemupukan larutan urea dengan konsentrasi 0,5 gram/liter dan
penyemprotan pestisida ½ dosis jika diperlukan.
e.
Hama yang menyerang biji yang belum tumbuh dan tanaman muda adalah semut,
siput, bekicot, ulat tritip, ulat pucuk, molusca dan cendawan. Sedangkan,
penyakit adalah penyakit layu. Pencegahan dan pemberantasan digunakan
Insektisida dan fungisida seperti Furadan 3 G, Antrocol, Dithane, Hostathion
dan lain-lain.
5.
Pemindahan Bibit
Pemindahan
dilakukan bila bibit telah mempunyai perakaran yang kuat. Bibit dari benih/biji
siap ditanam setelah berumur 6 minggu atau telah berdaun 5-6 helai, sedangkan
bibit dari stek dapat dipindahkan setelah berumur 28 hari.
Pemindahan
bibit dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.
Sistem cabut, bibit dicabut dengan hati-hati agar tidak merusak akar. Bila
disemai pada polybag, pengambilan bibit dilakukan dengan cara membalikkan
polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan jari tengah, kemudian
polybag ditepuk-tepuk perlahan hingga bibit keluar. Bila bibit disemai pada
bumbung daun pisang atau daun kelapa, bibit dapat ditanam bersama bumbungnya.
b.
Sistem putaran, caranya tanah disiram dan bibit dengan diambil beserta tanahnya
2,5-3 cm dari batang dengan kedalaman 5 cm.
B) Pengolahan Media Tanam
1.
Persiapan
Lahan
sebaiknya bukan lahan bekas ditanami tanaman famili Cruciferae lainnya.
Dilakukan pengukuran pH dan analisa tanah tentang kandungan bahan organiknya
untuk mengetahui kecocokan lahan ditanami kol/kubis.
Tanah
digemburkan dan dibalik dengan dicangkul atau dibajak sedalam 40-50 cm,
dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan diberi pupuk dasar. Setelah itu,
dibiarkan terkena sinar matahari selama 1-2 minggu untuk memberi kesempatan
oksidasi gas-gas beracun dan membunuh sumber-sumber patogen.
2. Pemupukan
Bedengan
siap tanam diberi pupuk dasar yang banyak mengandung unsur Nitrogen dan Kalium,
yaitu Za, Urea, TSP dan KCl masing-masing 250 kg, serta Borax atau Borate 10-20
kg/ha. Pemberian pupuk kandang dilakukan sebanyak 0,5 kg/tanaman.
C) Teknik Penanaman
1.
Penentuan Pola Tanam
Penentuan
pola tanam tanaman sangat bergantung kesuburan tanah dan varietas tanaman
dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Pola penanaman ada dua yaitu larikan dan teratur
seperti pola bujur sangkar; pola segi tiga sama sisi; pola segi empat dan pola
barisan (barisan tunggal dan barisan ganda). Pola segi tiga sama sisi dan bujur
sangkar tergolong baik karena didapatkan jumlah tanaman lebih banyak.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam sedalam cangkul atau dengan ukuran garis
tengan 20-25 cm sedalam 10-15 cm.
3. Cara Penanaman
a.
Waktu tanam yang baik yaitu pada pagi hari antara pukul 06.00-10.00 atau sore
hari antara pukul 15.00-17.00, karena pengaruh sinar matahari dan temperatur
tidak terlalu tinggi.
b.
Pilih bibit yang segar dan sehat (tidak terserang penyakit ataupun hama).
c.
Bila bibit disemai pada bumbung daun pisang atau, ditanam bersama dengan
bumbungnya, bila disemai pada polybag plastik maka dikeluarkan terlebih dahulu
dengan cara membalikkan polybag dengan batang bibit dijepit antara telunjuk dan
jari tengah, kemudian polybag ditepuk-tepuk secara perlahan hingga bibit keluar
dari polybag.
d.
Bila disemai dalam bedengan diambil dengan solet (sistem putaran), caranya
menggambil bibit beserta tanahnya sekitar 2,5-3 cm dari batang sedalam 5 cm.
e.
Bibit segera ditanam pada lubang dengan memberi tanah halus sedikit-demi
sedikit dan tekan tanah perlahan agar benih berdiri tegak.
f.
Siram bibit dengan air sampai basah benar.
D) Pemeliharaan Tanaman
1.
Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan
dilakukan saat pemindahan bibit ke lahan, yaitu saat bibit berumur 6 minggu
atau telah berdaun 5-6 helai (semaian biji) atau berumur 28 hari (semaian
stek).
2. Penyiangan.
Penyiangan
dilakukan bersama dengan penggemburan tanah sebelum pemupukan atau bila
terdapat tumbuhan lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman.
3. Pembubunan.
Pembumbunan
dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat tanah yang ada pada saluran
antar bedengan ke arah bedengan berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan
ketinggian bedeng dan meningkatkan kegemburan tanah.
4. Pemupukan.
Pemupukan
susulan I dilakukan dengan urea 1gram per tanaman melingkari tanaman dengan
jarak 3 cm disaat tanaman kelihatan hidup untuk mendorong pertumbuhan.
5. Pengairan dan Penyiraman.
Waktu
pemberian air sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Pada musim kemarau,
pengairan perlu dilakukan 1-2 hari sekali, terutama pada fase awal pertumbuhan
dan pembentukan bunga.
E) Pengendalian Hama
dan Penyakit
1. Hama
a. Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)
Dikenal
dengan nama ulat tritip, Diamond-black moth, hileud keremeng, ama bodas, ama
karancang (Sunda), omo kapes, kupu klawu (Jawa)
b.
Ulat croci (Crocidolomia binotalis Zeller)
c. Ulat tanah (Agrotis
ipsilon Hufn)
Ulat
tanah disebut ulat taneuh, hileud orok (Sunda) atau ulat lettung (Jawa).
d. Kutu daun (Aphis
brassicae)
e. Ulat daun
Misalnya
ulat jengkal (Trichoplusiana sp., Chrysodeixis chalcites Esp., Chrysodeixis orichalcea L.) dan ulat
grayuk (Spodoptera sp. S. litura).
f. Bangsa siput
Bangsa
siput yang biasa menyerang antara lain:
(1) Achtina fulica Fer., yaitu siput yang mempunyai cangkang atau
rumah, dikenal dengan bekicot;
(2) Vaginula bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang,
warna keabu-abuan;
(3) Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang
berwarna coklat kekuningan.
g.
Cengkerik dan gangsir (Gryllus mitratus
dan Brachytrypes portentosus).
h. Orong-orong.
Hidup
dalam tanah terutama yang lembab dan basah. Bagian yang diserang adalah sistem
perakaran tanaman.
2. Penyakit
a. Busuk hitam (Xanthomonas campestris Dows.)
b. Busuk lunak (Erwinia carotovora Holland.)
c.
Akar bengkak atau akar pekuk (Plasmodiophora
brassicae Wor.)
d.
Bercak hitam (Alternaria sp.)
e. Busuk lunak berair
f. Semai roboh (dumping off)
g. Penyakit Fisiologis
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kol atau
kubis merupakan tanaman sayur famili Brassicaceae berupa tumbuhan berbatang
lunak yang dikenal sejak zaman purbakala, di Indonesia Kol banyak ditanam di
dataran tinggi.
Kol juga
banyak digunakan sebagai bahan pangan untuk keperluan masakan seperti sup,
sayur lodeh, pecel, lotek dan lain-lain atau dimakan langsung (lalapan) bersama
menu lain.
Untuk mendapatkan hasil produksi
yang maksimal, maka diperlukan suatu teknik khusus dalam pembudidayaannya,
karena dengan mempelajari teknik budidaya tersebut kita akan mendapatkan hasil
yang memuaskan.
B. Saran
Semoga dengan
adanya makalah ini dapat menjadi bahan bacaan bagi yang membutuhkan dan masyarakat
lebih mengenal dan tahu begitu banyak tentang budidaya tanaman Kol ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar